Mekanisme Cara Kerja Obat Diuretik Lengkap

Mekanisme Cara Kerja Obat Diuretik Lengkap - Diuretik merupakan zat yang bertujuan untuh peluruh urine, jadi efeknya akan urine akan cepat terkumpul yang kemudian akan selalu kencing, atau yang biasa disebut orang sunda yaitu beser papang bae, berikut penjelasan lengkapnya :

diuretik


A. Pengertian Diuretik
Diuretika merupakan zat-zat yang dapat memperbanyak pengeluaran kemih (diuresis) melalui kerja langsung terhadap ginjal. Obat-obat lain yang menstimulasi diuresis dengan mempengaruhi ginjal secara tak langsung tidak termasuk dalam definisi ini seperti zat-zat yang memperkuat kontraksi jantung (digoksin, teofilin), memperbesar volume darah (dekstran) atau merintangi sekresi hormon antidiuretik ADH (air, alkohol) (Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI, 2007).

Diuretika meningkatkan pengeluaran garam dan air oleh ginjal hingga volume darah dan tekanan darah menurun. Di samping itu, diperkirakan berpengaru langsung terhadap dinding pembuluh, yakni penurunan kadar Na membuat dinding lebih kebal terhadap noradrenalin, hingga daya tahannya berkurang. Efek hipnotitensifnyya relatif ringan dan tidak meningkat dengan memperbesar dosis (sebagaimana halnya dengan reserpin) (Tjay & Rahardja, 2007).


B. Mekanisme Kerja Diuretika

Kelompok Obat
Mekanisme
Inhibitor Karboanhidratase
Blokade karboanhidratase
Diuretika jerat Henle jenis Furosemid
Hambatan pada pembawa Na+/K+/2Cl-
Diuretika jerat Henle lainnya
Tidak diketahui dengan jelas
Tiazida
Tidak jelas
Antagonis Aldosteron
Hambatan kompetitif pada interaksi aldosteron-reseptor
Diuretika penyimpanan kalium jenis sikloamidin
Blokade saluran natrium pada membrane lumen, hambatan pada saluran kalium
(Mutschler, 1991).

C. Faktor Yang Mempengaruhi Diuretik

Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi respon diuretik ini. Pertama, tempat kerja diuretik di ginjal. Diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium sedikit, akan memberi efek yang lebih kecil bila dibandingkan dengan diuretik yang bekerja pada daerah yang reabsorbsi natrium banyak. 


Kedua, status fisiologi dari organ. Misalnya dekompensasi jantung, sirosis hati, gagal ginjal. Dalam keadaan ini akan memberikan respon yang berbeda terhadap diuretik. Ketiga, interaksi antara obat dengan reseptor. Berdasarkan cara bekerja, ada beberapa jenis diuretik yang diketahui pada saat ini. Antara lain : 

1.Diuretik osmotik dan Aquaretics. Manitol, glukosaturea, demeklosiklin, atrial natriuretic peptide. 
2.Penghambat karbonik anhidrase ginjal. Acetazolamide. 
3.Diuretik tiasid. 
4.Diuretik loop. Furosemide, Bumetanide, asam etakrinik. 
5.Diuretik distal ('Potassium Sparing Diuretic ). Spironolakton, Amiloride, Triamterene. 
6.Diuretik urikosurik. Tikrinafen , Indakrinon, asam etakrinik. 

















D. Mekanisme kerja diuretic


Kebnyakan diuretic bekerja mengurangi reabsorbsi natrium, sehingga pengeluarannya lewat kemih dan demikian juga dari air diperbanyak. Obat-obat ini bekerja khusus pada tubuli, tetapi juga ditempat lain, yakni di:

1. Tubuli proksimal
Ultrafiltrat mengandung sejumlah besar garam yang dsini direabsorbsi secara aktif untuk kurang lebih 70% antara lain ion Na dan air, begitu pula glukosa dan ureum. Karena reabsorbsi berlangsung secara proporsional, maka susunan filtrat tidak berubah dan tetap isotonis terhadap plasma. Diuretika osmotis (manitol dan sorbitol) bekerja disini dengan merintangi reabsorbsi air dan juga natrium.

2. Lengkungan henle
Dibagian menaik dari henle’s loop ini kurang lebih 25% dari semua ion Cl yang telah di filtrasi d reabsorbsi secara aktif disusun dengan reabsorbsi pasif dari Na dan K tetapi tanpa air, hingga filtrate menjadi hipotonis, diuretika lengkungan seperti furosemida, bumetanida, dan etakrina, bekerja terutama disini dengan merintangi transfor Cl dan demikian reabsorbsi Na pengeluaran K dan air juga diperbanyak.

3. Tubuli distal
Di bagian pertama, Na di reabsorbsi secara aktif pula tanpa air hingga filtrate menjadi lebih cair dan lebih hipotonis. Senyawa thiazida dan klortalidon bekerja ditempat ini dengan memperbanyak ekskresi Na dan Cl sebesar 5-10%. Di bagian kedua ion Na ditukarkan dengan ion K atau NH, proses ini dikendalikan oleh hormone anak ginjal aldosteron. antagonis aldosteron (spironolakton) dan zat-zat penghemat kalium (amilorida triamteren) bertitik kerja disini dengan mengakibatkan ekskresi Na (kurang dari 5%) dan retensi K.

4. Saluran pengumpul
Hormone antidiuretik ADH (vasopressin) dan hipofisis bertitik kerja disini dengan jalan mempengaruhi permeabilitas bagi air dari sel-sel saluran pengumpul.



  1. JENIS OBAT DIURETIK



































E. Jenis Diuretik

     1. DIURETIK OSMOTIK

Diuretik osmotik mengacu pada zat non elektrolit yang mudah dan cepat diekskresi oleh ginjal serta menarik air. Ada empat syarat suatu zat dikatakan diuretik osmotik, yaitu:

– Difiltrasi secara bebeas oleh glomerulus
– Tidak/sedikit direabsorpsi oleh tubulus
– Bersifat inert (sukat bereaksi)
– Tidak dimetabolisme

Contohnya : mannitol (paling umum), urea, gliserin, dan isosorbid.
  • INDIKASI 
    Glaukoma dan edema otak (sering dipakai)
    2. Sindroma disekuilibrium ( waktu dialisis kan bisa terjadi penarikan air yang berlebihan sehingga timbul hipovolemia, orangnya jadi hipotensi, sakit kepala, kejang dan depresi)
    3. Profilaksis pada penyakit nekrosis tubular akut (ATN) akibat bedah, trauma atau pemberian media kontras pada pemeriksaan radiologi ginjal.

  • Efek samping:
a. Resiko pada penyakit gagal jantung dan edema paru karena peningkatan volume plasma pada awal pemberian
b. Hiponatremia dan hipovolemia
c. Reaksi hipersensitivitas
d. Trombosis vena, hiperglikemia dan glikosuria (pemberian gliserin)

  • KONTRAINDIKASI(keadaan-keadaan dimana obat ini tidak boleh diberikan):
  1. Gagal ginjal dengan anuria
  2. Edema paru dan dehidrasi
  3. Perdarahan intrakranial karena obat ini menarik air dari cairan otak.
  • CARA PENGGUNAAN :berupa tablet, infus, injeksi
Dosis : mannitol (tablet) dalam kemasan plabottle 250 ml (25 gr) dan 500 ml (gr) dan sebelum digunakan dihangatkan terlebih dahulu untuk melarutkan kristal-kristalnya. (injeksi) dosis yg diberikan 0,25 – 1 gr/kgBB dan diberikan selama 10-15 menit.
(infus) dengan dosis 1,5 – 2 gr/kgBB yang diberikan selama 30-60 menit.
  • CARA KERJA OBAT DIURETIK OSMOTIK
adalah dengan meningkatkan tekanan osmotik dalam lumen tubular (makanya namanya diuretik osmotik). Hal ini menyebabkan ekskresi air dan elektrolit meningkat. Elektrolit tersebut yaitu Na, K, Ca, Mg, HCO3 dan fosfat.


      2. DIURETIK GOLONGAN PENGHAMBAT ENZIM KARBONIK ANHIDRASE

          Contohnya: asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.


  • INDIKASI
    Pasien glaukoma, epilepsi
    2. Paralisis periodik familial
    3. Alkalosis metabolik (inget aja kerja IKA adalah mengurangi reabsorpsi HCO3 sehingga kadar HCO3 di darah akan menurun)
    4. Acute mountain sickness (gejala mual, muntah, pusing, dan insomnia yang biasanya dialami para pendaki gunung saat berada di ketinggian lebih dari 3000 m)
    5. Alkalinisasi urin (dengan banyaknya HCO3 di urin, maka pembentukan batu sistin dan urat dapat dicegah. Batu ini terbentuk pada suasana asam)
  • Efek samping :
– Asidosis metabolik akibat peningkatan ekskresi HCO3-
– Batu ginjal (batu fosfat dan kalsium)
– Peningkatan sekresi NaHCO3 meningkatkan eksresi K
– Parestesia, disorientasi

  • KONTRA INDIKASI
    1. Sirosis hati karena dapat menghambat konversi NH3 menjadi NH4+, akibatnya NH3 menumpuk di darah (hiperammominemia). Inilah yang menyebabkan disorientasi karena amonia merupakan toksik pada CNS.
    2. Alkalinisasi urin (dengan banyaknya HCO3 di urin, maka pembentukan batu sistin dan urat dapat dicegah. Batu ini terbentuk pada suasana asam)
  • CARA PENGGUNAAN :berupa tablet (oral)
Dosis : misal Asetazolamid dg dosis antara 250 – 500 mg/kali dan dosis untuk chronic simple glaucoma yaitu 1000 mg/hari.
  • CARA KERJA OBAT DIURETIK GOLONGAN PENGHAMBAT ENZIM KARBONIK ANHIDRASE :
adalah enzim yang bekerja pada reaksi CO2 + H2O menjadi H2CO3 dan sebaliknya. Inhibitor karbonik anhidrase (untuk selanjutnya disingkat IKA) bekerja pada beberapa tempat. Di ginjal, IKA menghambat reabsorpsi bikarbonat (HCO3-) dan mengurangi pertukaran Na-H sehingga NaHCO3 dieksresi bersama air.Diuretik ini bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi bikarbonat.


  1. DIURETIK GOLONGAN TIAZID
Merupakan obat pertama dalam terapi antihipertensi pada penderita dengan fungsi ginjal yang normal. Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida.

Contohnya ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid, bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan indapamid.

  • INDIKASI
Hipertensi, gagal jantung ringan hingga sedang, edema, diabetes insipidus nefrogenik (nefrogenik artinya ADH nya normal, namun reseptor ginjal gagal merespon ADH), mencegah kehilangan kalsium pada penderita osteoporosis dan nefrolitiasis kalsium.
  • Efek samping :

  1. Hipokalemia, menyebabkan peningkatan resiko toksisitas digitalis (obat anti aritmia)
  2. Hiponatremia dan hipomagnesemia (kekurangan magnesium)
  3. Hiperkalsemia (jangka panjang). Bagus buat orang tua karena mengurangi resiko osteoporosis dll
  • KONTRAINDIKASI
hipokalemia yang refraktur, hiponatremia, hiperkalsemia, , gangguan ginjal dan hati yang berat, hiperurikemia yang simptomatik, penyakit adison.
  • CARA PENGGUNAAN : Berupa tablet (oral)
Dosis :Edema dosis awal 5-10 mg sehari atau berselang sehari pada pagi hari; dosis pemeliharaan 5-10 mg 1-3 kali semingguHipertensi, 2,5 mg pada pagi hari
  • CARA KERJA OBAT DIURETIK TIAZID :
adalah bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium klorida.
  • KEHAMILAN DAN LAKTASI
Thiazida dan diuretika lengkungan dapat mengakibatkan gangguan elektrolit pada janin,juga di laporkan kelainan darah pada neonati. Wanita hamil hanya dapat menggunakan diuretika pada fase terakhir kehamilannya atas indikasi ketat dan dengan dosis yang serendah-rendahnya. Penggunaan spironolaktondanamilorida oleh wanita hamil di anggap aman dibeberapa Negara ,antara lain Swedia. Furosemida ,HCT ,dan spironolakton mencapai susu ibu dan menghambat laktasi


  1. DIURETIK HEMAT KALIUM
Obat diuretik hemat kalium (DHK) mem-blok reseptor aldosteron sehingga mengurangi reabsorpsi Na dan K pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes. Dengan demikian, ekskresi K juga berkurang karena efeknya yang relatif lemah, DHK biasanya dikombinasikan dengan diuretik lain
Contohnya : (1) Inhibitor kanal Na (amiloride dan triamteren) serta (2) Antagonis aldosteron (spironolactone, eplerenone).
  • INDIKASI
edema, hipertensi, konservasi kalium dengan kalium dan tiazid
Efek samping :
Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi alergi seperti ruam kulit, bingung, hiponatremia.
  • KONTRA INDIKASI
pada kondisi hiperkalemia atau kondisi yang rentan untuk terjadinya hiperkalemia (seperti gagal ginjal atau sedang dalam pengobatan dengan ACE inhibitor, ARB, NSAID dan suplemen kalium. ACE inhibitor dan ARB akan menurunkan sekresi aldosteron sehingga bahaya hiperkalemia semakin besar).
  • CARA PENGGUNAAN : Berupa tablet (oral)
Dosis : Dosis tunggal, dosis awal 10 mg sehari atau 5 mg dua kali sehari maksimal 20 mg sehari. Kombinasi dengan diuretik lain 5-10 mg sehari
  • CARA KERJA OBAT DIURETIK HEMAT KALIUM :
Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida).


  1. DIURETIK KUAT
Memiliki efek diuretik kuat. Merupakan obat lini pertama pada gagal jantung dan efektif untuk hipertensi dengan gagal ginjal (berlawanan dengan tiazid).
Contohnya ; asam etakrinat, furosemid dan bumetamid.
  • INDIKASI
edema pada jantung, hipertensi
Efek samping: Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi alergi seperti ruam kulitkurang lebih sama dengan thiazide, namun dapat menyebabkan hipokalsemia.hipokalemia dan hiponatremia; kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan ginjal; memperburuk diabetes mellitus; perbesaran prostat; porfiria.
  • KONTRA INDIKASI
gangguan ginjal dan hati yang berat.
  • CARA PENGGUNAAN : Berupa tablet, injeksi dan infus
Dosis :Oral , dewasa 20-40 mg pada pagi hari, anak 1-3 mg/kg bb; Injeksi, dewasa dosis awal 20-50 mg im, anak 0,5-1,5mg/kg sampai dosis maksimal sehari 20 mg; infus IV disesuaikan dengan keadaan pasien.
  • CARA KERJA OBAT DIURETIK KUAT:
Adalah pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida.
Tidak dianjurkan pada wanita hamil kecuali bila mutlak diperlukan
Asam etakrinat dapat menyebabkan ketulian sementara maupun menetap. Ketulian sementara dapat terjadi pada furosemid dan lebih jarang pada bumetanid. Ketulian ini mungkin sekali disebabkan oleh perubahan komposisi eletrolit cairan endolimfe. Ototoksisitas merupakan suatu efek samping unik kelompok obat ini. Pada penggunaan kronis, diuretic kuat ini dapat menurunkan bersihan litium.
Indikasi
Furosemid lebih banyak digunakan daripada asam etakrinat, karena gangguan saluran cerna yang lebih ringan. Diuretik kuat merupakan obat efektif untuk pengobatan udem akibat gangguan jantung, hati atau ginjal.
Sediaan
  • Asam etakrinat. Tablet 25 dan 50 mg digunakan dengan dosis 50-200 mg per hari. Sediaan IV berupa Na-etakrinat, dosisnya 50 mg, atau 0,5-1 mg/kgBB
  • Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 20,40,80 mg dan preparat suntikan. Umumnya pasien membutuhkan kurang dari 600 mg/hari. Dosis anak 2mg/kgBB, bila perlu dapat ditingkatkan menjai 6 mg/kg
  • Bumetanid. Tablet 0,5mg dan 1 mg digunakan dengan dosis dewasa 0.5-2mg sehari. Dosis maksimal perhari 10mg. obat ini tersedia juga dalam bentuk bubuk injeksi dengan dosis IV atau IM dosis awal antara 0,5-1 mg, dosis diulang 2-3 jam maksimum 10mg/kg.

0 Response to "Mekanisme Cara Kerja Obat Diuretik Lengkap"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2