Laporan Fitokimia Kromatografi Kolom Konvensional (KKK)

Laporan Fitokimia Kromatografi Kolom Konvensional Baca juga Laporan Pewarnaan Gram Pada Mikroba Lengkap Docx
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Wilayah Indonesia merupakan wilayah yang sangat strategis dan baik untuk pertmubuhan tanaman taman. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya keanekaragaman dari tumbuhan yang dapat dijumpai. Dan dari berbagai tanaman tersebut, memiliki banyak potensi untuk dijadikan obat-obat yang berasal dari alam.
Pengobatan tradisional yang menggunakan bahan-bahan alam telah sangat berkembang hingga saat ini, dan sangat menarik minat masyarakat pada umumnya untuk kembali menggunakan bahan-bahan alam sebagai obat karena mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan obat-obat sintesis. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemisahan senyawa bermanfaat dari tamanan untuk dapat di manfaatkan secara maksimal.
Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen-komponen campuran dimana cuplikan berkesetimbangan di antara dua fasa, fasa gerak yang membawa cuplikan dan fasa diam yang menahan cuplikan secara selektif. Bila fasa gerak berupa gas, disebut kromatografi gas, dan sebaliknya kalau fasa gerak berupa zat cair, disebut kromatografi cair
Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang masih banyak digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah yang banyak berdasarkan adsorpsi dan partisi. Kemasan adsorben yang sering digunakan adalah silika gel G-60, kieselgur, Al2O3, dan Diaion.
Kecepatan elusi sebaiknya dibuat konstan. Jika kecepatan elusi terlalu kecil maka senyawa-senyawa akan terdifusi ke dalam eluen dan akan menyebabkan pita makin melebar yang akibatnya pemisahan tidak dapat berlangsung dengan baik. Pada kromatografi kolom, tahap pengisian kolom dengan adsorben biasanya merupakan tahapan yang paling sulit. Pengisian ini harus sehomogen mungkin dan harus benar-benar bebas dari gelembung udara. Permukaan adsorben harus benar-benar horizontal, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya cacat yang dapat terjadi selama proses elusi berjalan.
Percobaan ini dilakukan untuk memisahkan komponen kimia tumbuhan berdasarkan tingkat kepolaran dengan cara menggunakan gaya gravitasi
B.Maksud praktikum
Adapun maksud dari peraktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami cara penggunaan serta prinsip kerja kromatografi kolom konvensional menggunakan fraksi daun paku hata (Lygodium circinnatum).
C.Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk memisahkan senyawa kimia fraksi daun paku hata (Lygodium circinnatum) menggunakan kromatografi kolom konvensional berdasarkan tingkat kepolaran.

 Laporan Praktikum Emulsi Lengkap Docx
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Uraian Tanaman Paku hata (Lygodium circinnatum)
1.    Klasifikasi(Catalogue of Life, 2016)
Regnum          : Plantae
Subkingdom   : Tracheobionta
Divisio              :Pteridophyta
Kelas                : Pteridopsida
Sub Kelas        : Schizaeatae
Ordo                 : Schizaeales
Famili               : schizaeaceae
Genus              : Lygodium
Spesies            : Lygodium circinatum (Burm.) Sw.
2.    Nama Lain (Anonim, 2015)
Daerah pasun dan sering di sebut paku hata, daerah pangkep sering disebut cawing


3.    Morfologi Tanaman ( Holtum, 2001)
Tumbuhan paku merambat (Schizaeaceae) yang panjangnya dapat mencapai 10 m dan diameter batang  2 – 5 mm.  Bentuk daunnya menjari  2-5  dengan tepi daun bergerigi, pada permukaan bawahnya terdapat sporangium. Jenis ini memiliki rimpang pendek (£ 10 cm), sedikit berdaging dan menjalar dalam tanah. Tumbuh subur pada tempat-tempat terbuka dan hutan-hutan sekunder mulai dari dataran rendah hingga ketinggian  1.500 m.
4.    Kandungan Kimia(Medicinal Herbs Of Pasir Mayang, Jambi : Ethnopharmacyand Toxicity screening, 2004).
Tumbuhan  paku  mengandung  steroid  dan  tidak mengandung saponin dan flavonoid
5.    ManfaatTanaman(Anonim, 2015)
Kegunaan paku ini yaitu batangnya untuk pembuatan tas tangan, topi, sebagai obat  luka dari sengatan binatang melata seperti ular, lipan dan laba-laba yaitu dengan menggunakan getah yang terdapat pada paku ini. Juga sebagai obat luka dari sengatan binatang air yaitu dengan cara menumbuk halus daunnya.
B.Uraian Praktikum
Kromatografi kolom adalah suatu metode pemisahan yang di dasarkan pada pemisahan daya adsorbsi suatu adsorben  terhadap suatu senyawa, baik pengotornya maupun hasil isolasinya. Sebelumnya dilakukan percobaan tarhadap kromatografi lapis tipis sebagai pencari kondisi eluen. Misalnya apsolsi yang cocok dengan pelarut yang baik sehingga antara pengotor dan hasil isolasinya terpisah secara sempurna (Kasiman, 2006).
   Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang masih banyak digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah yang banyak berdasarkan adsorpsi dan partisi. Kemasan adsorben yang sering digunakan adalah silika gel G-60, kieselgur, Al2O3, dan Diaion (Handayani, 2008).
Dalam proses kromatografi selalu terdapat kecenderungan molekul-molekul komponen untuk melarut dalam cairan,melekat pada permukaan padatan halus,bereaksi secara kimia dan tereksklusi pada pori-pori fase diam,komponen yang dipisahkan harus larut dalam fase gerak dan harus mempunyai kemampuan untuk berinteraksi dengan fase diam dengan cara melarut di dalamnya,teradsorbsi atau bereaksi secara kimia,pemisahan terjadi berdasarkan perbedaan migrasi zat-zat yang menyusun suatu sampel,hasil pemisahan dapat digunakan untuk keperluan analisis kualitatif dan pemurnian suatu senyawa,dalam beberapa hal metode pemisahan kromatografi mempunyai kemiripan dengan metode pemisahan ekstraksi,kedua metode ini sama-sama menggunakan dua fase dimana satu fase bergerak dengan fase lainya,kesetimbangan solut selalu terjadi dia antara dua fase.                      ( Alimin dkk,2007 )
Pemisahan kromatografi kolom didasarkan pada adsorbsi komponen campuran dengan afinita berbeda-beda terhadap  permukaan fase diam.kromatografi kolom teradsorbsi termasuk pada saat pemisahan cair padat,substrak padat bertindak sebagai fase diam yang sifatnya tidak larut pada fase cair,fase geraknya dalah cairan atau pelarut yang mengalir membawa komponen campuran sepanjang kolom,pemisahan bergantung pada kesetimbangan yang terbentuk pada bidang antar muka diantara butiran-butiran adsorben dan fase geraknya serta kelarutan relatif komponen pada fase geraknya,antara molekul dan pelarut terjadi kompetisi untuk teradsorbsi pada permukaan adsorben dan masuk kembali pada fase gerak ( yazid,2005 )
Dalam perkembangan selanjutnya metode KLT tidak hanya digunakan untuk mengidentifikasi noda akan tetapi juga untuk mengisolasi ekstrak, metode ini kemudian dikenal sebagai KLT preparatif. Metode ini merupakan salah satu metode yang paling sederhana dan murah untuk mengisolasi komponen kimia dari suatu bahan alam. Prinsip kromatografi partisi dapat dijelaskan dengan hukum partisi yang dapat diterapkan pada sistem multikomponen yang dibahas di bagian sebelumnya. Dalam kromatografi partisi, ekstraksi terjadi berulang dalam satu kali proses. Dalam percobaan, zat terlarut didistribusikan antara fase stationer dan fasa mobile. Fase stationer dalam banyak kasus pelarut diadsorbsi pada adsorben dan fasa mobile adalah molekul pelarut yang mengisi ruang antar partikel yang teradsorbsi.Contoh khas kromatografi partisi adalah kromatografi kolom yang digunakan luas karena merupakan sangat efisien untuk pemisahan senyawa organik. (Handayani, 2008).
Prinsip kerja kromatografi kolom adalah dengan adanya perbedaan daya serap dari masing-masing komponen, campuran yang akan diuji, dilarutkan dalam sedikit pelarut lalu di masukan lewat puncak kolom dan dibiarkan mengalir kedalam zat menyerap. Senyawa yang lebih polar akan terserap lebih kuat sehingga turun lebih lambat dari senyawa non polar  terserap lebih lemah dan turun lebih cepat. Zat yang di serap dari larutan secara sempurna oleh bahan penyerap berupa pita sempit pada kolom (Handayani, 2008).
Kromatografi kolom merupakan pilihan yang baik jika ingin memisahkan campuran senyawa yang masih dalam bentuk ekstrak. Alasannya adalah lebih murah dan tidak memakan waktu yang lama. Hasil dari pemisahan menggunakan kolom kromatografi  ini bisa berupa fraksi-fraksi yang masih berupa campuran, dan bisa juga menghasilkan senyawa yang telah murni. Kadang kala hanya dengan menggunakan kolom kromatografi, target pemisahan campuran telah berhasil dilakukan tapi akan mengalami kesulitan jika campuran yang akan dipisahkan itu jumlahnya sedikit, karena ada kecenderungan campuran tersebut akan tertinggal pada fase diam (Tobo, 2001).
Cara pembuatannya ada dua macam (Santoso, 2010):
1.  Cara kering yaitu silika gel dimasukkan ke dalam kolom yang telah diberi kapas kemudian ditambahkan cairan pengelusi.
2.  Cara basah yaitu silika gel terlebih dahulu disuspensikan dengan cairan pengelusi yang akan digunakan kemudian dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom secara kontinyu sedikit demi sedikit hingga masuk semua, sambil kran kolom dibuka. Eluen dialirkan hingga silika gel mapat, setelah silika gel mapat eluen dibiarkan mengalir sampai batas adsorben kemudian kran ditutup dan sampel dimasukkan yang terlebih dahulu dilarutkan dalam eluen.  
( Gambar. Alat Kromotografi Kolom Konvensional )
Cara pengisian kolom terbagi dua , yaitu (Santoso, 2010):
1.  Cara basah
a.  Isi dasar kolom dengan kapas
b.  Masukkan eluen
c.   Campurkan dengan rata sebagai adsorben dan eluen
d.  Jangan tersentuh atau diguncangkan ± 6 jam
e.  Setelah stabil, masukkan eluen dan zat, lalu keluarkan eluen
2. Cara kering
a.  Isi tabung dengan kapas
b.  Masukkan eluen
c.   Masukkan adsorben kering sedikit demi sedikit
d.  Lalu di aduk
Adapun Kelebihan kromatografi kolom yaitu dapat digunakan untuk analisis dan aplikasi preparative digunakan untuk menentukan jumlah komponen campuran digunakan untuk memisahkan dan purifikasi substansi. Dan Kekurangan kromatografi kolom yaitu untuk mempersiapkan kolom dibutuhkan kemampuan teknik dan manual. metode ini sangat membutuhkan waktu yang lama (time consuming) (Santoso, 2010).

 Laporan Praktikum Sediaan Larutan
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.   Alat dan Bahan
1.  Alat
Adapun alat yang digunakan yaitu batang pengaduk, botol coklat, cawan porselin, corong kaca, gelas kimia, klem, kolom kaca, pipet tetes, sendok tanduk besi, statif, timbangan analitik dan vial.
2.  Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu aluminium foil, fraksi daun daun paku hata (Lygodium circinnatum) eluen n-Heksana, dan eluen etil asetat, kapas, kertas saring, label, silika gel dan tissue.
B.  Cara Kerja
1.  Penyiapan Kolom Kromatografi Kolom Konvensional
Alat-alat perangkat kromatografi kolom dicuci dengan metanol dan dikeringkan, dirangkai alat kolom dan ditegakkan dengan bantuan statif dan klem.
2.  Pengemasan suspensi Silika
Ditimbang silika kasar sebanyak 40 gram, Silika  disuspensikan dengan dengan pelarut n-heksan dihomogenkan sampai tercampur merata sampai pelarutnya menguap semua dan setelah itu dimasukkan ke dalam kolom.

3. Penyiapan fraksi
Disiapkan alat dan bahan, ditimbang fraksi sebanyak 2 gram dan dimasukkan ke dalam kolom.
4.  Prosedur Kerja Kromatografi Kolom Konvensional
Disiapkan alat dan bahan; Kolom yang telah dipasang dimasukkan kapas pada ujung kolom (dasar kolom). Dimasukkan suspensi silika yang telah disiapkan secara perlahan-lahan; Ditunggu beberapa saat sehingga mampat. Dimasukkan kertas saring. Dimasukkan sampel perlahan-lahan. Dimasukkan perbandingan eluen satu-satu mula idari non-polar hingga polar, perbandingannya yaitu: kloroform : metanol 10:0, 9:1, 8:2, 7:3, 6:4, 5:5, 4:6, 3:7, 2:8, 1:9. Masing-masing eluen dibuat 50 mL; Ditampung dalam vial hingga mencapai volume 5 mL dan dipisahkan berdasarkan warna dan diuapkan serta di profil KLT.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari praktikum Kromatografi Kolom Konvensional didapatkan hasil sebagai berikut :
a.  Berdasarkan eluen
No.
Fase gerak ( eluen )
Fraksi
1.
n-heksan (10) : etil asetat (0)
1 – 15
2.
n-heksan (9) : etil asetat (1)
16-26
3.
n-heksan (8)  : etil asetat (2)
27-37
4.
n-heksan  (7) : etil asetat (3)
38-47
5.
n-heksan  (6) : etil asetat (4)
48-57
6.
n-heksan  (5) : etil asetat (5)
58-66
7.
n-heksan  (4) : etil asetat (6)
67-76
8.
n-heksan  (3) : etil asetat (7)
77-86
9.
n-heksan  (2) : etil asetat (1)
87-96
10.
n-heksan (1) : etil asetat (9)
97-106
11.
n-heksan (0) : etil asetat   (10)
107-116



b.  Berdasarkan warna
No.
Fraksi
Warna
Fraksi
1.
fraksi 1
Bening
1-22, 25, 26, 27, 28, 29, 32, 33, 34, 35, 36, 37
2.
fraksi 2
agak keruh
27, 30, 31
3.
fraksi 3
keruh
23, 24
4.
fraksi 4
agak kuning
38
5.
fraksi 5
kuning
39
6.
fraksi 6
kuning pekat
40, 41, 42, 43, 44, 45, 46
7.
fraksi 7
hijau kekuningan
47, 48, 72 ,73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 113, 114, 115, 116
8.
fraksi 8
hijau lumut
49
9.
fraksi 9
Hijau Keruh
69, 70, 71
10.
fraksi 10
hijau pekat
50, 51, 52, 53, 54, 55
11.
fraksi 11
hijau tua
98, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 105, 106, 107, 108, 109, 110, 111, 112
12.
fraksi 12
hijau kehitaman
56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 65, 66, 67, 68, 69.



Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu. Cara yang asli telah diketengahkan pada tahun 1903 oleh Tsweet yang digunakan untuk pemisahan senyawa-senyawa yang berwarna, dan nama kromatografi diambil dari senyawa yang berwarna. Meskipun demikian pembatasan untuk senyawa-senyawa yang berwarna tak lama, dan sekarang hampir kebanyakan pemisahan secara kromatografi digunakan juga untuk senyawa-senyawa yang tak berwarna, termasuk gas.
Kromatografi kolom konvensional adalah metode kromatografi klasik yang sampai saat ini masih banyak digunakan. Kolom kromatografi digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah banyak. Prinsip dari kromatografi kolom jenis ini adalah kecenderungan komponen kimia untuk terdistribusi ke dalam fase diam atau fase gerak dengan proses elusi berdasarkan gaya gravitasi
Fase diam pada kromatografi kolom adalah silica gel dan fase geraknya adalah silica gel. Silika gel digunakan sebagai fase diam karena silika gel memiliki pori-pori dan tidak mudah bereaksi dengan senyawa-senyawa organic pada kolom. Ekstrak dan n heksan merupakan senyawa organik polar yang akan diidentifikasi penyusun dan warnanya.
Keuntungan dari kromatografi kolom konvensional adalah dapat memisahkan kandungan-kandungan kimia dalam jumlah banyak dan pemisahan senyawanya yang baik. Kerugian dari kromatografi kolom konvensional adalah proses pemisahnnya membutuhkan waktu yang lama.
Namun, kromatografi kolom konvensional ini juga memiliki kekurangan beberapa contoh disebutkan bahwa dalam pengerjaan dengan kromatografi kolom konvensional apabila ukuran kolom yang digunakan cukup besar maka memerlukan bahan kimia yang cukup banyak sebagai fasa diam dan fasa bergerak, memerlukan waktu yang cukup lama hanya untuk memisahkan satu campuran, dan juga terkadang hasil yang didapatkan kurang akurat dikarenakan pita komponen yang satu bertumpang tindih dengan komponen lainnya.
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk memisahkan campuran senyawa dalam fraksi daun paku hata (Lygodium circinnatum) dengan metode kromatografi kolom. Dilakukan isolasi pada kromatografi kolom konvensional yaitu untuk memisahkan fraksi dari  perbandingan eluen 10:0 sampai eluen 0:10 sehingga dihasilkan bebrapa warna dan tingkat kepolaran.
Adapun  proses pengemasan silika dibuat dalam cara kering agar aliran eluen yang melewati silica (fase diam) tidak terlalu cepat sehingga pada saat fraksi melewati fase diam pemisahannya lebih baik.  Penyiapan kolom yaitu dengan cara menyusun kapas, silica gel kasar, kertas saring dan sampel secara berturut-turut kemudian dibahasi dengan pelarut n-heksan secukupnya dengan tujuan untuk mempermudah terjadinya fraksinasi. Pengemasan kering dilakukan dengan memasukkan 40 gram silika kasar kedalam kolom yang telah dimasukkan kapas dan kertas saring. Setelah itu dimasukkan terlebih dahulu pelarut n-Heksan untuk membilas silika agar lebih mampat. Kemudian dimasukkan 1 gram fraksi daun paku hata (Lygodium circinnatum) lalu dimasukkan eluen mulai dari perbandingan 10:0 sampai 0:10. Alasannya penggunaan eluen dengan tingkat kepolaran yang rendah terlebih dahulu dimasukkan agar fraksi dapat ditarik oleh senyawa non polar lalu kemudian di tarik oleh senyawa polar, karena jika yang dimasukkan terlebih dahulu adalah pelarut polar maka ditakutkan senyawa non polar pada fraksi akan tertarik juga sehingga proses pemisahan senyawa polar dan non polar tidak efektif.  Alasan penggunaan metode kering adalah karena metode ini, metode yang mudah dilakukan dan tidak memerlukan waktu yang lama untuk mempersiapkan pengemasannya. Jadi dengan menggunakan metode kromatografi kolom konvensional, maka pemisahan senyawa dilakukan dengan cepat dalam jumlah yang besar atau jumlah yang banyak yaitu dengan menggunakan 120 vial sebagai wadah untuk menampung fraksi yang terbentuk.
Dari peraktikum yang telah dilakukan berdasarkan tingkat kepolaran dihasilkan fraksi yang berwarna bening pada vial nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 25, 26, 28, 29, 32, 33, 34, 35, 36, 37. Fraksi yang agak keruh pada vial nomor 27, 30, 31. Fraksi yang keruh pada vial nomor 23, 24. Fraksi yang berwarna agak kuning pada vial nomor 38. Fraksi yang berwarna agak kuning pada vial nomor 39.. Fraksi yang berwarna kuning pekat pada vial nomor 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46. Fraksi yang berwarna hijau kekuningan pada vial nomor 47, 48, 72 ,73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 90, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 113, 114, 115, 116. Fraksi yang berwarna hijau lumut pada vial nomor 49. Fraksi yang berwarna hijau keruh pada vial nomor 69, 70, 71. Fraksi yang berwarna hijau tua pada vial nomor 104, 105, 106, 107, 108, 109, 110, 111, 112. Fraksi yang berwarna hijau pekat vial nomor 50, 51, 52, 53, 54, 55.  Fraksi yang berwarna hijau kehitaman 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 65, 66, 67, 68, 69.
Dari hasil perubahan warna diperoleh fraksi untuk Warna Bening terdapat 32 Fraksi, agak keruh terdapat 3 Fraksi, Keruh terdapat 2 Fraksi, Warna agak kuning terdapat 1 Fraksi, Warna kuning terdapat 1 fraksi, Warna kuning pekat terdapat 7, Warna hijau kekuningan terdapat 32 fraksi, Warna Hijau lumut terdapat 1 fraksi, Warna hijau keruh terdapat 3 Fraksi, Warna hijau pekat terdapat 6 Fraksi, Warna Hijau tua terdapat 15 Fraksi, Warna hijau kehitaman pada terdapat 13 Fraksi. Perbedaan warna pada masing-masing fraksi dikarenakan perbedaan kepolaran dari masing-masing senyawa yang terkandung dalam fraksi daun paku hata (Lygodium circinnatum), sedangkan tingkat kepekatan warna disebabkan banyaknya senyawa yang ditarik.
Laporan Sintesis Etil Asetat Lengkap Docx
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A.   Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa isolasi pada daun paku hata (Lygodium circinnatum) menggunakan kromatografi kolom konvensional berdasarkan tingkat kepolaran diperoleh 116 fraksi fraksi.

B.  Saran
Diharapkan agar bahan dan alat yang akan digunakan, dapat disediakan oleh laboratorium.

LAMPIRAN
Skema Kerja
a.  Pengemasan Alat Isolasi
Kolom
   - dipasang tegak lurus pada statif
   - dibebaslemakkan dengan metanol

   - bagian dasar dilapisi kapas
Kolom siap digunakan

b.  Pengemasan Fase Diam
Silika gel
  - ditimbang 40 gram
  - dimasukkan kedalam kolom

Silika di dalam kolom
  - silika dimampatkan sampai tidak               terbentuk gelembung udara
Silika selesai dikemas



c.   Proses Pemisahan/Isolasi
Fraksil
  - ditimbang 1 gram
  - dimasukkan kedalam kolom

Eluen
  - ditambahkan mulai dari perbandingan 10:0 selapis diatas permukaan kertas saring
  - dielusi

    Fraksi-fraksi
 - ditampung ke dalam vial
 - eluen yang telah habis diganti   \dengan eluen perbandingan 9:1 sampai 0:10
ekstraksi
Bening

ekstraksi
Agak Keruh

ekstraksi
Keruh

ekstraksi
Agak Kuning

ekstraksi
Kuning

ekstraksi
Kuning Pekat

ekstraksi
Hijau Kekuningan

ekstraksi
Hijau Lumut

Hijau Keruh

Hijau pekat

ekstraksi Hijau tua
Hijau Tua

ekstraksi Hijau kehitaman
Hijau Kehitaman

Sekian Laporan Fitokimia Kromatografi Kolom Konvensional semoga dapat bermanfaat, terimakasih telah berkunjung
“Merupakan suatu hal yang sangat sukar ketika semua yang awalnya baik tiba – tiba berubah menjadi buruk. Dan yang lebih sukar dari itu adalah memilih sebuah pilihan antara melepaskan atau tetap bertahan.”

Baca Juga :

0 Response to "Laporan Fitokimia Kromatografi Kolom Konvensional (KKK)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2